-->

Bagaimana Cara Membuat Sabun Detergen Powder ?

Setelah membahas bagaimana cara membuat minuman isotonik, pada posting kali ini akan disajikan cara formulasi, proses pembuatan - produksi salah satu barang keperluan rumah tangga yang paling sering digunakan setiap harinya, yaitu sabun detergen powder.
Telah diketahui bersama sabun detergen powder sudah merupakan salah satu “ kebutuhan pokok” dalam masyarakat dewasa ini. Mengingat pentingnya dan tingginya permintaan konsumen akan detergen powder ini maka tidaklah heran jika di pasaran beredar berjenis merk detergen powder, dengan masing-masing spesifikasi dan kegunaan. Dan , dengan berbagai variasi harga tentu saja ( yang makin hari makin mahal ).
Menimbang hal inilah produk detergen powder bisa dilihat sebagai celah usaha yang cukup menjanjikan untuk dimanfaatkan sebagai industri kecil atau home industri. Selama mempunyai kualitas dan harga yang bersaing. Untuk itu kami akan mencoba membahas dengan lebih detil dalam posting ini.

Pada dasarnya ada 3 bentuk fisik detergen, yaitu :


1.Detergen cair,
bentuknya cair, penggunaan masih terbatas – biasanya pada laundry modern dengan mesin yang canggih

2.Detergen krim ( pasta ).
Secara fisik hampir sama dengan sabun colek. Namun sebenarnya ada perbedaan pada formulasi dan komposisi bahan baku

3.Detergen bubuk atau detergen powder
Yang paling umum dan banyak beredar di masyarakat adalah yang dipergunakan sebagai pencuci pakaian.

Sedangkan berdasar kondisi butiran bubuknya, detergen powder digolongkan menjadi 2 :

1.Detergen powder dengan bubuk berongga
Jenis ini dihasilkan dengan proses Spray Drying ( proses pengkabutan disusul pengeringan ). Karena berongga detergen ini lebih ringan meski volumenya lebih besar.

2.Detergen powder dengan bubuk padat
Dihasilkan dengan proses Dry Mixing ( pencampuran pada kondisi kering ). Bubuknya sangat padat dan berat, sehingga volumenya kecil.

Proses Spray Drying umumnya hanya bisa dilakukan pada skala industri besar ( pabrikan ). Sedangkan pada Dry Mixing prosesnya tidak susah-susah amat, sangat mungkin untuk dilakukan dan diproduksi dalam skala rumah tangga. Karena pada dasarnya tinggal mencampurkan beberapa bahan baku yang sudah diformulasikan pada kondisi kering ( meskipun aktualnya setengah kering ) dalam suatu mesin pencampur / Mixer. ( Bayangan sederhananya adalah mencampur pasir, semen dan kerikil dalam mesin Molen )

Bahan baku detergen powder dapat dengan mudah dijumpai di toko-toko kimia.

Secara prinsip bahan baku penyusun detergen powder adalah :

1.Surfactan sebagai Bahan Aktif
Merupakan bahan inti. Yang umum dipakai adalah persenyawaan Sulfonate. Bisa berupa ABS ( Alkyl Benzene Sulfonate), ALS ( Alkyl Linier Benzene Sulfonate ), SLS ( Sodium Lauryl Sulfonate ) dsb. Sedangkan dipasaran dapat dijumpai dengan nama dagang masing-masing, misal : Emal, Texapone, Luthensol, Neoplex, Teepol, dsb. Jika dikehendaki lebih ramah lingkungan ALS lebih disukai karena lebih mudah terdegradasi ( terurai ).
Surfactan sebagai bahan aktif berfungsi ganda sebagai wetting agent ( pembasah ), penetrant ( penetrasi ), menurunkan tegangan muka, dsb, namun yang paling penting memberikan efek foaming ( pembusa ). Namun perlu dicatat - tidaklah seperti anggapan masyarakat pada umumnya - meskipun surfactan juga memberi efek pembersih, semakin banyak busa tidak berarti semakin bersih. Ada komponen lain yang sebenarnya lebih berfungsi sebagai pembersih.
Karena sebagai bahan inti kehadiran surfactan dalam formulasi detergen powder dibatasi untuk menekan biaya. Tergantung kegunaannya, komposisi yang digunakan antara 15 – 40 %.

2. Bahan penetral reaksi
Surfactan umunya bersifat asam. Sehingga pada aplikasinya untuk mendapatkan hasil yang optimal perlu dinetralkan dengan penambahan basa. Bahan yang biasa dipakai dapat berupa Caustik Soda ( NaOH, jarang digunakan pada detergen powder, umunya pada detergen krim ) atau Soda Abu ( Na2CO3) Yang umum adalah Soda Abu. Karena selain bisa berfungsi sebagai penetral, Soda Abu juga dapat berfungsi sebagai bahan pengisi ( filler ), juga memberikan efek pembersih.
Namun yang perlu dicatat, pemakaian Soda Abu yang berlebihan akan memberikan rasa panas pada tangan juga korosif. Komposisi yang dipergunakan umunya berkisar antara 20 – 60 %.

3. Bahan Pembersih
Selain Soda Abu bahan yang berfungsi utama sebagai pembersih adalah senyawa-senyawa Phospat, misal STPP, TSP, MonoSodium Phospat dan senyawa Phospate lainnya. Yang paling sering digunakan adalah STPP. Tergantung fungsi detergen, komposisi antara 10 – 40 %.

4. Bahan pengsisi ( Filler )
Filler sebenarnya tidak mempunyai fungsi secara teknis. Fungsi yang lebih utama adalah untuk menekan biaya, karena Filler adalah bahan pengisi volume pada formulasi bahan. Selain Soda Abu, umumnya yang digunakan adalah Sodium Sulfat ( pada beberapa kasus digunakan Sulfit ). Namun pada penggunaan Sodium Sulfat memberikan efek Sun Dry Builder. Sebagai pengsisi komposisinya dapat berkisar antara 30 – 60 %.

Keempat bahan tersebut merupakan bahan paling pokok / bahan paling dasar dalam pembuatan detergen powder. Namun untuk meningkatkan sifat pembersih dan efek daya tarik, biasanya ditambahkan dengan bahan additif lainnya.

5. Bahan additif
Berfungsi untuk memperbaiki dan meningkatkan sifat atau kualitas detergen powder, dapat berupa :
a. CMC ( Carboxy Methyl Cellulosa ) memberi efek Redeposition Agent
b. Bahan pemutih ( biasanya dalam jumlah terbatas )
c. Bahan penambah efek pembersih ( misal senyawa Chromat )
d. Pewangi ( parfum )
e. ( Terkadang/sangat jarang ) pewarna
f. Beberapa bahan additif lain sesuai fungsi

Untuk dapat digunakan sebagai aplikasi produksi skala rumah tangga / industri kecil, tentu saja bahan-bahan baku harus diformulasikan dengan tepat dan cermat, sehingga dapat menekan ongkos produksi namun tetap memberikan efek yang maksimal.
Lebih lanjut akan kami sajikan cara menyusun formulasi dan membuat detergen powder untuk produksi skala rumah tangga atau Home Industri .

You may like these posts